KOTAMOBAGU – Di tengah derasnya arus Sungai Lobong, Kecamatan Passi, Kabupaten Bolaang Mongondow, sekelompok relawan dari Emergency Response Team (ERT) PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM) berjibaku dengan waktu dan alam demi satu tujuan, menemukan Ferry Alfried Rumagit (60), tokoh masyarakat di Kotamobagu yang diberitakan hayut sejak Kamis (30/1/2025) pukul 17.15 WITA.
Tanpa pamrih dan dengan semangat kemanusiaan, Tim ERT JRBM turun tangan bergabung dengan berbagai tim tanggap darurat lainnya sejak Sabtu (1/2/2025). Di halaman Kantor Kecamatan Kotamobagu Barat, Mongkonai, apel koordinasi diadakan. Dari sana, strategi pencarian disusun dengan menyisir tepian sungai hingga ke Jembatan Kaiya Inobonto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai tim penyelamat yang telah berpengalaman menangani bencana di berbagai daerah seperti Palu, Aceh, dan Lombok, ERT JRBM langsung menyatu dengan tim gabungan dalam operasi pencarian ini. Mereka bergerak sigap, menghadapi tantangan arus sungai yang deras dan udara yang keruh, kendala yang tidak bisa dianggap remeh.
Koordinator Tim ERT PT. JRBM, Edi Sucipto Paputungan, mengaku memiliki beberapa kendala dalam operasi SAR “Kesulitan utama pencarian terletak pada titik sungai yang cukup berbahaya karena arus yang deras dan kondisi udara yang keruh,” ujar Edi
Hujan yang turun pada malam hari semakin memperburuk situasi. Visibilitas menurun drastis, risiko meningkat, dan tim pencari harus lebih berhati-hati dalam setiap langkah mereka. Meski begitu, semangat tak surut. Tim yang komprehensif dalam kelompok empat terus bekerja tanpa lelah.
Bagi ERT JRBM, ini bukan sekadar tugas, melainkan panggilan hati. Mereka memahami betul bagaimana kehilangan seorang anggota keluarga bisa menjadi pukulan berat bagi yang ditinggalkan. Oleh karena itu, keahlian teknis yang mereka miliki dipadukan dengan semangat gotong royong dan dedikasi penuh.
“Kami sudah pernah menangani kejadian serupa, sehingga kami siap membantu pencarian korban hayut di Kotamobagu,” tambah Harson Podomi, anggota ERT JRBM yang ikut dalam operasi.
Hingga suatu hari, pencarian dihentikan sementara atas proses BASARNAS. Meski korban belum ditemukan, upaya pencarian terus dilanjutkan dengan harapan memberikan kepastian bagi keluarga yang menunggu di rumah.
Setiap hari yang berlalu tanpa kepastian semakin menguras emosi keluarga korban. Namun, tim pencari tidak patah semangat. Mereka terus menyisir sungai, memeriksa titik-titik yang diinginkan, dan berkoordinasi untuk memperluas area pencarian.
Kepala BPBD Bolmong, Sugih Arto Banteng, menegaskan bahwa pencarian akan terus berlangsung hingga hari ke-7, sesuai prosedur standar. “Jika masih belum ditemukan, keluarga masih diperkenankan untuk melanjutkan pencarian dalam skala kecil,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Kotamobagu, Asrianti, menjelaskan bahwa pencarian oleh tim gabungan memiliki batas waktu yang telah ditetapkan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun, saya tetap membuka ruang bagi keluarga korban atau relawan yang ingin melanjutkan pencarian secara mandiri setelah periode resmi berakhir.
“Kami mengikuti SOP pencarian korban hayut yang biasanya berlangsung hingga tujuh hari. Setelah itu, jika keluarga masih ingin mencari, kami tetap memberikan dukungan, meskipun dalam skala yang lebih kecil,” jelasnya.
Di tengah tantangan alam dan keterbatasan waktu, satu hal yang pasti, solidaritas dan dedikasi tim pencari, termasuk ERT JRBM, menjadi bukti bahwa kesejahteraan tak mengenal batas. Harapan tetap menyala, seiring usaha yang terus dilakukan di setiap sudut sungai yang menjadi saksi bisu perjuangan ini.***